Thursday, October 14, 2010

Sermon Khotbah II Timotius 3:1-7, Minggu 24 Oktober 2010

Sermon tgl.13 Oktober 2010
Introitus: Pengkhotbah 7:11; Bacaan: Matius 24:4-13
Khotbah: II Timotius 3:1-7
Thema:
Waspadalah Terhadap Perubahan zaman
(Metengetlah nandangi perubahan zaman)
Pendahuluan
Satu hal yang patut kita banggakan dan syukuri adalah Negara Indonesia ini di huni oleh masyarakat yang sangat “religius”, itu bisa kita lihat bagaimana umat bangsa ini sangat antusias (sangat peduli) terhadap “agama”. Tanah air ini di penuhi oleh tempat-tempat ibadah. Antusias beribadah sungguh luar biasa masyarakat beribadah bukan saja di rumah-rumah ibadah tetapi mulai dari rumah, taman, lapangan-lapangan, Mall-mall sampai pada di hotel-hotel.

Ke-religiusan umat ini semakin dibuktikan oleh mudahnya percaya terhadap kekuatan-kekuatan gaib, kita masih mengingat kisah Ponari, yang didatangi oleh beribu-ribu orang hampir dari seluruh penjuru negeri ini, hanya untuk segelas air yang sudah di celupkan dengan “batu ajaib”

Religi adalah kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia[1] atau dengan kata lain percaya bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang sangat dahsyat dan diimani dapat memberikan pertolongan kepada dirinya.
Tetapi persoalannya adalah sejauhmanakah kebergamaan itu merubah kehidupan manusia ? Indonesia adalah Negara yang sangat religius tetapi masuk ke dalam golongan Negara terkorupdi dunia, pelanggaran HAM sangat sanggat tinggi, sarang teroris dan segala bentuk kejahatan ada bumi Indonesia yang kita cintai ini.
Pendalaman Nats
Paulus menguatkan dan memotivasi Timotius agar senantiasa tekun dalam menunaikan tugas panggilannya ditengah-tengah situasi yang semakin sulit sehubungan dengan mendekatnya akhir zaman. [2]. Pada akhir zaman akan ditandai dengan bertambahnya kejahatan dalam dunia, runtuhnya standart moral dan bertambahnya orang percaya dan gereja palsu di dalam kerajaan Allah.[3] Masa ini sungguh-sungguh menjadi masa yang sangat sulit (sukar = Yun. Chalepos)[4] dan berat bagi orang yang setia kepada Tuhan.

Penyebab kesukaran itu adalah akibat kemerosotan moral pada akhir zaman. Hal ini dituliskan pada nats renungan kita, yaitu pada ayat 2-4, rentettan dosa ini ini disebabkan oleh tiga hal pokok yaitu (1) “mencintai diri sendiri, dimana orang akan dibentuk menjadi pribadi yang sangat egois dan tidak memikirkan orang lain, (2) menjadi hamba uang dimana manusia akan dibentuk menjadi pribadi yang materialistis, segala sesuatu diukur dengan uang, dan yang (3) adalah lebih menuruti hawa nafsu daripada meurut Allah. Dimana orang tidak lagi mencintai Allah, melainkan lebih mencintai kenikmatan.[5] Lebih rincinya tentang keborokan moral itu adalah :
  1. Mencintai dirinya sendiri (philautoi) ini adalah virus terbesar bagi persekutuan, sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.[6]
  2. Menjadi hamba Uang, banyak teori yang mengatakan bahwa uang bukanlah segalanya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari “uang sering dipakai iblis” menjadi alat memberikan tipu muslihat bagi manusia sehingga, manusia digiring menjadi makhluk “meterialistis”, sehingga salah satu bentuk pertobatan yang perlu kita lakukan adalah “pertobatan dompet”. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.[7]
  3. Membual dan menyombongkan diri, perlu kita ketahui bahwa salah satu dosa yang paling keji di mata Tuhan adalah kesombongan, sehingga hal ini akan mengundang murka Tuhan, sebab Firman Tuhan mengatakan : Kepada dunia akan Kubalaskan kejahatannya, dan kepada orang-orang fasik kesalahan mereka; kesombongan orang-orang pemberani akan Kuhentikan, dan kecongkakan orang-orang yang gagah akan Kupatahkan.[8]
  4. Pemfinah, (penjaja keonaran dosa mereka adalah berbicara jahat tentang orang lain hal ini adalah sumber kehancuran dalam hidup, mereka akan menibulkan penderitaaan yang tiada taranya, bandingkan dengan istilah “fitnah lebih kejam dari pembunuhan” pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.[9]
  5. Berontak kepada orang tua menentang printah Tuhan yang ke-5, pergumulan keluarga yang memiliki anak zaman ini adalah masalah mendidik anak, karena tidak ada teori yang insatant dan tepat sasdaran yang bisa diterapkan dalam mendidik anak, sehingga banyak anak-anak jalanan, pank-pank, gank-gank
  6. Tidak tahu berterima kasih. Banyak manusia yang merasakan karunia dan berkat Tuhan tetapi sulit untuk mengucap syukur kepada Tuhan (banyak preman-preman rohani, tahunya hanya menerima, kalau penerimaannya kurang bersungut-sungut jika penerimaannya lebih mengangap dirinya hebat)
  7. Tidak mempedulikan agama (anasoi)
  8. Tidak tahu mengasihi è sama sekali tidak mengenal belas kasihan, kisah seorang pemuda yang meninggal karena digorok orang, lalu ketika ayahnya menangis meraung-raung terungkaplah bahwa dia adalah orang yang sangat tidak punya belaskasihan, sambil menangis katanya :”tadi ada yang memberi saya kabar ada yang meninggal karena berantem, lalu saya katakana “mampus lhu ngapain pula engkau berantem… rupanya kamu yang meninggal anaku uuuu”[10]
  9. Tidak mau berdamai, ini sama saja dengan memelihara kebencian dan permususuhan, seoerti api dalam sekam dalam waktu-waktu tertentu dapat meledak.
  10. Suka menjelekkan orang lain (Yun: diaboloi=setan-setan)
  11. Tidak dapat mengekang diri, belum 5 menit rapat dimulai sudah banyak yang meninggalkan ruang sidang, belum selesai ibadah sudah banyak yang keluar gereja ngobrol, merokok
  12. Garang, tekanan krisis zaman ini membuat orang menjadi seperti “mercon tanpa sumbu” senggol sedikit langsung meledak.
  13. Tidak suka yang baik, gambaran ini boleh kita bandingkan dengan topic-topic pembicaraan ddi jemaat, ketika membicarakan Firman Tuhan rasanya berat sekali, tetapi topic yang lain wah luar biasa, kebaktian yang sedikit agak panjang rasanya wah luar biasa lamanya… tetapi anehnya begitu selesai kebaktian tidak ada yang langsung pulang…
  14. Suka mengkhianat, dalam hubungan rumah tangga sering terjadi perceraian, memelihara PIL atau WIL, dalam dunia polotik tidak ada kawan atau lawan yang sejati yang ada adalah kepentingan yang sejati, kisah Yudas yang mau mengkhianati Yesus, walaupun Guru dan Sahabat yang Agung bagi Yudas
  15. Tidak berpikir panjang,è berbuat semau gue, berbicara seenak perut, berbuat dulu mikir belakangan akhirnya menimbulkan banyak masalah, banyak yang harus direvisi dan diklarifikasi baik perkataan maupun perbuatan.
  16. Berlagak tahu, è lambang kehancuran dan kemunduran, karena orang yang seperti ini cenderung membenci pengajaran sehingga tidak mau belajar sama sekali tentang hal ini Firman Tuhan mengatakan “Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat”[11]
  17. Lebih menuruti hawa nafsu adalah sumber kehancuran, seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan : “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?”
  18. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah è manusia lupa bahwa penghayatan iman dan Injil Yesus Kristus bukanlah soal kata-kata melainkan kekuatan yang yang mengubah, membaharui dan menyelamatkan hidup
  19. Suka menyelundup kerumah-rumah orang lain, menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa è mereka seperti pencuri, masuk melalui pintu belakang, pemalsu-pemalsu ajaran ini menyusup ke rumah-rumah orang. Dengan mencari kesempatan pada waktu laki-laki tidak ada di rumah, mereka melancarkan serangannya pada perempuan-perempuan lemah. Uskup Ellicott: “siasat seperti ini sudah lama dijalankan sejak kejatuhan manusia kedalam dosa”. Metode ini juga diterapkan oleh penganut aliran Gnostik dan merupakan pola kerja terpercaya bagi para pencatut agama, seperti yang kita lihat di praktikkan oleh saksi-saksi Yahova[12]
Tinjauan Tema : Waspadalah Terhadap Perubahan Zaman

Seiring dengan perubahan zaman diikuti oleh perubahan sendi-sendi kehidupan manusia. Satu hal yang harus dilakukan manusia dalah harus berubah karena kalau tidak berubah akan ketinggalan zaman atau dijuluki dengan orang “jadul”. Perubahan itu menuntut suatu perjuangan berpacu dengan waktu berlomba meraih kesuksesan mencari dan menciptakan pelaung untuk meraih hidup yang lebih baik, bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya dengan motto “Jangankan uang hallal uang haram saja sulit mendapatkanya”.

Persaingan kehidupan dalam perubahan zaman ini banyak yang melahirkan “penderitaan”. Banyaknya orang yang untuk mencapai tujuan hidup seperti berenang gaya “dada” untuk melaju, siperenang dengan kedua tangan mengibaskan rekan-rekannya kekiri dan kekanan. Dengan kedua kakinya ia menyepak semua lawannya kebelakang. Kemudian mengangkat kepala menjilat keatas tanpa segan.[13] Perubahan zaman itu kejam bagi setiap orang yang tidak dapat mengatasinya akan digilas oleh perkembangan zaman itu.

Perubahan zaman membuat manusia hidup semakin “mengindividu” semakin banyak orang kesepian oleh karena tidak ada waktu untuk bersosialisasi, sibuk terus…..siang-malam bekerja banting tulang untuk mencari sesuap “nasi-segenggam berlian”.

Tantangan kehidupan yang berat mendorong manusia semakin rindu mencari Tuhan dengan harapan mencari “keuntungan” sering tercermin dalam kehidupan jemaat bukan Tuhannya yang utama tapi berkatnya (banyak orang lebih mencintai pemberian Tuhan dari pada Tuhan yang memberi pemberian itu), beribadah untuk mencari kepentingan (kehendak) pribadi bukan untuk mencari kepentingan (kehendak) Tuhan, mencari kesenangan pribadi bukan untuk menyenagkan hati Tuhan. sehingga keagamaan dijalankan hanya sebatas hal-hal jasmani bukan mencari hal-hal rohani, sehingga muncullah istilah “Tidak semua orang yang datang ke Gereja beriman, tetapi yang beriman pasti datang ke Gereja”. Hal ini menyebabkan tenggelamnya makna kehadiran gereja di dunia sebagai garam dan terang. Ibadah di jalankan tetapi dosa di pelihara subur, satu hal yang sangat memalukan dalam sejarah kehidupan manusia ialah bahwa agama dan moralitas lebih sering diceraikan daripada dikawinkan. [14]

Sangat ironis ke-Kristenan zaman ini, pada siaran SCTV tanggal 10 Oktober 2010 dalam acara Diplomat, tengah malam, saya dikagetkan karena disana dikatakan “dari hasil survei bahwa tidak ada 30% pun yang memahami arti missa, padahal mereka rajin beribadah menjalankan misa gereja, jangan-jangan ini adalah mewakili umat bangsa ini dalam beribadah, sehingga walaupun sebagian besar umat Indonesia beragama dan rajin beribadah tetapi tidak membawa pengaruh yang baik dalam kehidupan ini, sehingga perubahan zaman kadang sangat menyeramkan.


Pointer Aplikasi
1. Paulus memberikan peringatan ini supaya memperkuat para gembala dan gereja yang tetap setia kepada Kristus untuk terus dengan giat mengabarkan seruan untuk bertobat karena Kerajaan Allah sudah dekat karena kita sekarang sudah masuk di babak hidup di akhir zaman
2. Cintailah Tuhan lebih dari segalanya, karena hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kita, mencintai yang lain hanya akan menjebak kita kedalam perangkap kematian. Ilustrasi “keluarga tikus” mereka diperhadapkan dengan roti yang segar tetapi induknya menyarankan memakan roti yang sudah berjamur, karena menurut pangalaman induk tikus roti yang baru dan segar biasanya di pakai menjadi umpan untuk membinasakan
3. Masa sukar adalah gambaran tuaian sudah matang, itu adalah saat pesta panen, karena di masa sukar akan lebih mudah untuk membedakan mana “padi dan mana ilalang”
4. Zaman terus berubah dengan segala kemewahan dan gemerlapnya mengandung janji kenikmatan, justru disanalah kita dipanggil untuk tampil beda, tidak mengikuti cara-cara dunia untuk mencapai tujuan hidup
5. Untuk bertahan hidup dalam perubahan zaman adalah “belajar” sehingga kita menjadi orang yang “pintar dan bijaksana” (bd. Introitus) memilih mana kehendak Tuhan dan man yang bukan kehendak Tuhan.
Pdt. Saul Ginting, STh
GBKP Majelis/Runggun Klender
HP. 081539849722
Catatan Sermon:
1) Baik pembacaan maupun nas khotbah menggambarkan bagaimana keadaan manusia pada akhir jaman. Hati manusia semakin sadis dan tidak peduli dengan agama. Keadaan ini sudah semakin nyata dalam jaman kita saat ini, dan hal tersebut akan terus semakin fulgar dan meningkat baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Bagaimana kita menyikapi zaman yang sangat menakutkan tersebut? Solusi: Pertama, kita harus mampu kita memilih apa kehendak Tuhan; kedua, Agar kita tetap megenggeng/bertekun (Bd.Yakobus 1:2-4, 12). Jangan sidikit ada masalah langsung kuatir dan bersungut-sunggut; ketiga, 2 tim 2:3-4. Menjadi laskar Kristus berarti berperang. Perlu latihen-latihen. Jika ada mengalami penderitaan dianggap kita sedang latihan untuk masuki perang, demikian juga jika ada penyakit. Semua kesukaran anggaplah latihen; keempat, 2 Timotius 1:7. Berani menghadapi tantangan, apa pun itu. Sebab Allah memberikan kita bukan roh ketakutan, tetapi roh yang membangkitkan kekuatan; kelima, 2 Tim 1:6. Mengobarkan karunia Allah yang ada pada kita.
2) Tak dapat disangkal bahwa kemajuan jaman banyak sekali membawa kebaikan atau hal positif kepada manusia, tetapi juga hal yang negatif. Katakanlah mengenai internet. Internet bisa menjadi perpustakaan bebas dan internasional yang mampu memberi kemudahan bagi kita untuk mencari berbagai informasi dan pengetahuan. Internet juga dapat menjadi ladang bekerja bagi sebagian besar para Profesional. Namun, tidak sedikit yang menyalahgunakan penggunaan internet itu. Tidak sedikit remaja yang bejat moralnya, malas belajar karena hampir semua waktunya untuk keperluan hura-hura melalui internet. Lebih-lebih remaja atau pelajar yang tanpa malu atau takut membuka situs-situs porno. Semua hal itu berdampak buruk bagi diri mereka semua maupun orang lain yang berada di dekat mereka. Mereka yang sekilas saja menyaksikan hal-hal porno akan terus menerus menyaksikannya karena mereka ketagihan. Tak lama kemudian sifat mereka akan berubah lebih buruk dan mereka semua akan terlibat dalam pergaulan bebas. Dan bagi mereka yang berada di sekitar orang-orang yang terlibat dengan hal itu akan mengalami kerugian pula. Mereka akan khawatir atau merasa resah dengan adanya orang-orang yang berbudi pekerti buruk seperti itu berada di dekat mereka. Sehingga hidup mereka tidak tenang karena bertetangga dengan orang bejat.
------------------------------------------------
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta 1998
[2] II Petrus 3:3; I Yoh.2:18; Yudas ay 18
[3] Mat. 24:9-12
[4] Chalepos artinya sukar dan berat, didalamnya terkandung makna berat utnuk dipikul (keaskitan pisik atau mental) berat utnuk dihadapi, ganas dan berbahaya, penuh ancaman. Dalam bahasa kalasik Yunani dipakai untuk binatang buas yang berbahaya, untuk laut gelombang yang sedang mengamuk bd. Mat 8:28 tidak ada yang berani melewati jalan itu hal ini adalah kisah orang Gadara yang dirasuk setan yang buas tidak terjinakkan seperti binatang liar dan buas sangat berbahaya.
[5] Dr. R. Budiman, Surat-surat Pastpral I&II Tiotius Dan Titus, BPK-GM, Jakarta 1994
[6] Yakobus 3:16
[7] I Timotius 6:10
[8] Yesaya 13:11
[9] I Korintus 6:10
[10] Penuturan Pdt. Esra Bukit
[11] Amsal 5:23
[12] John R.W Stoot, Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini, II Timotius, Yayasan Komunikasi OMF/Bina Kasih,Jakarta 1989
[13] Eka Darma Putera, Kepemimpinan Dalam Prespektif Alkitab, Kairos, Yogjakarta 2005
[14] John R. Stott, Pemahaman dan penerapan amanat Alkitab Masa KIni II Timotius, Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF

Related Articles



0 comments :

Post a Comment